Pada 30 Maret 2012 lalu, telah terjadi sebuah gerakan solidaritas lintas agama untuk kemerdekaan Yerusalem, Palestina. Global March to Jerusalem, sebuah gerakan bukan sekedar long march tapi global march, dimana para aktivis di seluruh dunia berkumpul sedekat mungkin dengan Yerusalem. atau bagi yang tidak bisa berangkat kesana (titik terdekat Yerusalem) melakukan aktivitas yang sama di negara masing-masing. bagi negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, aksi demonstrasi dilakukan di kedubes israel tetapi bagi yang tidak memiliki hubungan dengan israel, seperti Indonesia, melakukan dikota besar di negaranya. peristiwa itu harusnya dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh Indonesia, tapi faktanya tidak bisa. Aksi anti kenaikan harga BBM yang menjadi masalah.
pada hari yang bersamaan dengan aksi GMJ, Indonesia sedang marak akan aksi penolakan kenaikan harga BBM. ketika sebagian aktivis berjuang untuk kemerdekaan saudara-saudara di timur tengah sana, Indonesia bergejolak dengan urusan harga BBM yang dipolitisasi. padahal, Indonesia seharusnya berada di garda depan perjuangan palestina mengingat sisi sejarah dan posisi internasional Indonesia yang sangat strategis. dunia internasional, khususnya negara Islam banyak berharap kepada Indonesia akan solusi masalah di timur tengah. tapi faktanya, ketika masyarakat dunia sedang berjuang untuk palestina, Indonesia tidak bisa berbuat banyak dan sibuk dengan urusan dalam negeri yang memiliki sisi politik yang tidak baik bahkan cenderung kotor. bahkan, ketika para aktivis Indonesia berusaha ikut berjuang dengan mengadakan aksi demonstrasi GMJ yang direncanakan di Jakarta harus pindah ke Bandung, dan gaungnya pun kalah dari demo BBM.
sebagai negara besar, bukan hanya besar secara fisik tapi juga pengakuan internasional yang besar, harusnya Indonesia secara masif membantu kemerdekaan palestina, salah satunya dengan mensukseskan acara itu. tapi apa yang terjadi, gaungnya ternyata kalah dari demo BBM. jika saja masalah BBM ini bisa diselesaikan secepatnya, Indonesia bisa berfikir lebih luas bukan hanya berfikir subsidi dan koalisi. jika saja presiden lebih mengutamakan menyelesaikan urusan BBM daripada menghadiri konferensi nuklir dan menonton K-POP, para aktivis tidak terpecah dalam memberikan suara kepada palestina.
oleh karena itu, Indonesia harus meminta maaf kepada bangsa palestina yang samapai saat ini masih berjuang untuk merdeka. Indonesia harusnya menyadari betapa susahnya dijajah, kini kita juga harus membantu palestina untuk merdeka. sebagaimana para founding father negeri ini ketika Indonesia baru saja merdeka ikut berjuang memerdekakan negara-negara yang masih terjajah. jangan sampai dengan terjajahnya palestina mengantarkan kita menjadi negara yang kembali terjajah oleh sistem yang dikembangkan oleh penjajah yang sama. sejatinya kemerdekaan palestina termasuk kemerdekaan Indonesia juga.
kepada bangsa palestina, jika para pemimpin negara ini belum meminta maaf, saya mohon maaf atas segalanya.