Masih tentang cerita ABG, kalau kemarin saya memposting tentang apa yang harus dilakukan oleh ABG, rasanya tidak fair jika kita hanya menyudutkan mereka. bagaimana pun mereka punya hak dan sering kali kita tidak mendengarkan mereka berbicara, bercerita, dan mengungkapkannya. sering kali kita menelantarkan mereka begitu saja sehingga mereka menjadi tuna cinta.
Sebut saja A, ia bukan dari kampung saya. ia adalah anak yatim, bapaknya pergi dengan perempuan lain dan sekarang entah di mana. A punya seorang kakak laki-laki dan dua adik perempuan. di keluarganya ia menjadi tumpuan utama. justru kakaknya malah menjadi "anak buah" di usahanya. A ini suka mabuk-mabukan, berhubungan seksual meski sampai kini ia belum menikah, sering ikut balap liar, dan lain sebagainya.
A menjadi arogan salah satunya karena kelakuan bapaknya yang lebih suka pergi dengan wanita lain. A bercerita, bahwa bapaknya pernah pulang dan bertemu dengannya. karena ia sudah terlanjur benci dengan bapaknya, ia mengusir bapaknya itu dari rumah. tidak jarang mereka berdua beradu fisik, berkelahi, karena arogansi masing-masing.
Pernah ia bercerita bahwa ia pernah berhubungan seksual dengan seorang wanita. dari hubungannya tersebut, mereka memiliki anak. tapi, si wanita ini sekarang bukan istri A dan wanita ini bersuamikan orang lain. pernah A melihat foto anak dari hubungan mereka berdua.
Meskipun A adalah seorang arogan dan preman, tapi ia tidak ingin kedua adik perempuannya seperti dirinya. ia kalau saat bekerja selalu serius demi mensekolahkan kedua adiknya itu. adik yang terkecil duduk di bangku sd termasuk anak yang pintar dan ilmu agamanya baik. di tpa ia termasuk primadona. adik perempuan yang lain saat itu berada di bangku sma. A selalu menjaga pergaulan adiknya itu agar tidak berbuat asusila seperti dirinya. adik si A ini memang masih ABG maka A dengan kemampuan dia menjaganya agar tidak rusak dan dirusak seperti ABG yang lain.
Kasus lain, masih dari sumber yang sama, A, ada seorang teman sekampung A yang masa ABG-nya ditelantarkan oleh lingkungan masyarakatnya. sebut saja E. E ini dulu waktu menjadi ABG termasuk anak yang nakal. tapi kini ia telah menyadari bahwa yang dilakukannya dulu adalah salah. dulu E ini sering mabuk-mabukan, mirip dengan si A. sayangnya, dalam keadaan seperti itu tidak ada yang merangkul dirinya. terlebih di organisasi karang taruna di kampungnya ada aturan bahwa siapa yang selama kurun waktu sekian minggu tidak ikut pertemuan maka dikeluarkan. benar saja, ia dipanggil oleh pengurus karang taruna, ditanting apakah mau lanjut ikut organisasi atau keluar. ia memilih keluar.
Tidak ada yang tahu bagaimana datangnya hidayah, beberapa tahun kemudian E telah sadar. ia kini, setidaknya ketika saya mengenalnya, telah menjadi orang yang berpengaruh di kampungnya. ia menemukan jalannya sendirian. meski demikian ia masih merasa dendam dengan organisasi di kampungnya itu, jadi ia tidak mau jika bergaul dengan orang-orang yang telah mengeluarannya dulu.
Dari dua kasus di atas, kita bisa belajar mengenai ABG. pada kasus A, ia ditelantarkan oleh bapaknya sehingga ia mencari jati dirinya sendirian sehingga ia rusak tapi tidak ingin orang lain seperti dirinya. dari kasus E, ia ditelantarkan oleh lingkungan masyarakatnya ketika masa ABG-nya rusak. ia sadar karena mencari sendiri tanpa dibantu oleh lingkungannya.
Masih banyak ABG yang bernasib tidak jauh dari mereka berdua tapi tidak ada kesempatan untuk bercerita, mengungapkan, berbagi kesedihan, bahkan membantu keluar dari masalah. justru banyak dari lingkungan sekitar mereka yang justru menelantarkan dan menjerumuskan mereka hingga semakin terpuruk. masyarakat hanya mengetahui mereka ABG yang rusak tapi tidak sadar bahwa masyarakat juga memiliki andil dalam kerusakan ABG.
_________
Kemarin saya baca dari blognya cimatcimut alias sahabat dhita alias anisa safira (aliasnya banyak banget kayak tersangka apaan gitu) yang berkaitan dengan ABG juga, "peluk kata kuncinya". menarik juga apa yang ditulisnya. silakan langsung saja ke TKP.
_________
Artikel ini turut mendukung gerakan PKK Warung Blogger