Pada suatu waktu, saya mampir shalat asar di sebuah masjid. karena saya sampai di masjid itu sekitar setengah empat, shalat jamaah sudah bubar. ketika berada di parkir motor, saya lihat bapak-bapak keluar dari rumah yang kebetulan bersebelahan dengan masjid dengan membawa kantong plastik yang telah berisi penuh. saya tidak ada pikiran apa pun mengenai bapak itu. ternyata sekantong plastik itu dibuang ke parit yang ada di sebelah barat masjid.
Satu kasus yang nyata ada di depan mata saya sendiri. mungkin Anda pernah mendapati seorang pengendara kendaraan bermotor di jalan lalu tiba-tiba berhenti di atas jembatan dan menyempatkan diri membuang sampah ke sungai di bawah jembatan itu. ketika sosok bapak yang saya ceritakan di atas ada banyak di tanah Indonesia ini dan sosok pengendara kendaraan seperti itu juga banyak, menjadi tidak heran ketika sungai menjadi tempat sampah terpanjang di dunia. Padahal sebelumnya sungai sudah mendapat predikat jamban terpanjang di dunia. duh...
Sebagaimana kasus membuang makanan yang saya tulis di tulisan sebelumnya, sungai juga nikmat yang Tuhan turunkan kepada kita, manusia, agar dijaga dan untuk kepentingan manusia juga. ketika kita tidak bisa mensyukuri nikmat berupa sungai, jangan kaget jika kita mendapatkan sengsara akibat sungai juga. kesusahan yang kita dapati secara langsung adalah bau busuk di sungai itu. setujukah Anda jika bau busuk sampah di sungai lebih menyengat daripada tempat sampah yang bukan di sungai?
Ketika SD, kita sering disurung mengarang oleh guru Bahasa Indonesia. ketika tema musibah yang diajukan guru, sering kita menulis tentang banjir dan penyebabnya adalah sampah. kalau saya sih begitu, entah apakah Anda juga demikian. dan setelah kita dewasa, ketika ada banjir, bayangan pertama yang ada di benak kita adalah karena sampah. air genangan banjir pun kotor dan penuh dengan sampah.
Menjadi pertanyaan besar, mengapa masih saja membuang sampah di sungai jika memang menyebabkan banjir?
Ketika air sungai mengalir, kita menyia-nyiakannya dengan mengisi dengan sampah. bagaimana jika nikmat berupa air di sungai itu diangkat sehingga sungai mengering? petani tidak bisa mengairi sawahnya, petani gagal panen karena sawahnya kering, harga bahan makanan menjadi tinggi, harga-harga lainnya ikut naik, inflasi, dan banyak efek domino yang timbul. satu penyebabnya, kita tidak mensyukuri dan menghormati sungai.
Kita sering mengajari anak-anak untuk tidak membuang sampah di sungai dan membuangnya di tempat yang tepat. tetapi kita harus ingat bahwa "satu teladan lebih baik daripada seribu nasehat". kita menasehati anak-anak hingga mulut berbusa tetapi sikap kita tetap membuang sampah di sungai, sama saja mengatakan kepada anak "Nak, Buanglah sampah di sungai". ketika si anak membuang sampah di sungai, mereka akan dengan mudah mengatakan "orang tuaku dan orang Indonesia mengajariku demikian".
Indonesia ada dan besar karena perairannya. Mari mulai dari sekarang, mulai dari diri sendiri, dan mulai dari hal yang kecil, stop membuang sampah di sungai. :)