Cinta tidak harus memiliki, setidaknya demkian yang terjadi dalam kehidupan kita. Bukan edisi baper tapi ini mengenai kehidupan generasi millenial, start up, dan kolaborasi (semua pernah jadi tema liga blogger Indonesia, hehe). Kita perlu motor tidak perlu punya motor karena ada gojek. Kita perlu mobil, tidak perlu memilikinya karena ada uber taxi. Kita perlu ruang kerja pun ada yang menyediakan.
Coworking space, secara sederhana dapat dikatakan bahwa coworking itu bekerja secara bersama-sama, sedangkan space itu adalah tempat (kamus dari mana ya, hehe). Jadi coworking space adalah tempat kita bisa bekerja bersama-sama. Atau lebih sempitnya, coworking space itu merupakan tempat yang bukan hanya menyediakan tempat beserta fasilitasnya tetapi juga mendukung serta menumbuhkan kehidupan "bekerja".
Coworking space biasanya dimanfaatkan oleh komunitas atau mereka-mereka yang membutuhkan "kantor" untuk pekerjaan mereka. Siapakah mereka? Yaitu personal atau komunitas yang ingin membuat karya atau yang kini sedang ngetren dengan istilah startup. Mengingat startup semestinya dilihat dan dibahas oleh mereka-mereka yang berlatar belakang yang berbeda-beda, maka coworking space ini menyediakan segala fasilitasnya untuk itu. Dan suasana yang dibentuk dibuat senyaman mungkin sehingga mendukung munculnya ide-ide segar atau bahkan gila. Jika mereka para kreator-kreator ini butuh koneksi ruang privat, internet, makanan, atau apa pun itu, coworking space akan menyediakannya.
Coworking space bukan sekedar tempat nongkrong melainkan dituntut adanya nilai/value, output, hasil, atau karya dari hasil nongkrong itu. Coworking space bisa jadi melahirkan, menginkubasi, hingga membantu startup untuk bisa eksis. Berbeda dengan tempat nongkrong yang hanya menyediakan tempat beserta fasilitasnya, coworking space bisa menjadi "kantor" yang sebenarnya. Sehingga coworking space selain mencari untung atau profit dari adanya tempat secara fisik juga ahrus memberikan benefit akan hadirnya karya baru baik itu startup atau karya kreatif lain.
Bagaimana dengan blogger, perlukah memanfaatkan coworking ini? Kenapa tidak? Pada pembahasan sebelumya, kita telah berbicara mengenai kolaborasi. Kolaborasi terjadi karena adanya perbedaan latar belakang. Dan dengan adanya coworking space ini seharusnya blogger bisa menghasilkan suatu nilai atau output hasil dari kolaborasi dengan komunitas lain, pihak bisnis, atau pihak pemerintah. Tetapi, sejauh ini mungkin tempat nongkrong lebih banyak dimanfaatkan oleh blogger.
Di Yogyakarta ada Jogja Digital Valley. Inkubator bisnis dari Telkom ini menyediakan segala fasilitas di atas tanah 800 m2 untuk perkembangan startup. Diharapkan dengan adanya JDV ini, nantinya dilahirkan developer-developer digital serta startup yang hebat. Swasembada ICT, demikian yang tujuan jangka panjang adanya JDV ini.
Coworking space, secara sederhana dapat dikatakan bahwa coworking itu bekerja secara bersama-sama, sedangkan space itu adalah tempat (kamus dari mana ya, hehe). Jadi coworking space adalah tempat kita bisa bekerja bersama-sama. Atau lebih sempitnya, coworking space itu merupakan tempat yang bukan hanya menyediakan tempat beserta fasilitasnya tetapi juga mendukung serta menumbuhkan kehidupan "bekerja".
Coworking space biasanya dimanfaatkan oleh komunitas atau mereka-mereka yang membutuhkan "kantor" untuk pekerjaan mereka. Siapakah mereka? Yaitu personal atau komunitas yang ingin membuat karya atau yang kini sedang ngetren dengan istilah startup. Mengingat startup semestinya dilihat dan dibahas oleh mereka-mereka yang berlatar belakang yang berbeda-beda, maka coworking space ini menyediakan segala fasilitasnya untuk itu. Dan suasana yang dibentuk dibuat senyaman mungkin sehingga mendukung munculnya ide-ide segar atau bahkan gila. Jika mereka para kreator-kreator ini butuh koneksi ruang privat, internet, makanan, atau apa pun itu, coworking space akan menyediakannya.
Coworking space bukan sekedar tempat nongkrong melainkan dituntut adanya nilai/value, output, hasil, atau karya dari hasil nongkrong itu. Coworking space bisa jadi melahirkan, menginkubasi, hingga membantu startup untuk bisa eksis. Berbeda dengan tempat nongkrong yang hanya menyediakan tempat beserta fasilitasnya, coworking space bisa menjadi "kantor" yang sebenarnya. Sehingga coworking space selain mencari untung atau profit dari adanya tempat secara fisik juga ahrus memberikan benefit akan hadirnya karya baru baik itu startup atau karya kreatif lain.
Bagaimana dengan blogger, perlukah memanfaatkan coworking ini? Kenapa tidak? Pada pembahasan sebelumya, kita telah berbicara mengenai kolaborasi. Kolaborasi terjadi karena adanya perbedaan latar belakang. Dan dengan adanya coworking space ini seharusnya blogger bisa menghasilkan suatu nilai atau output hasil dari kolaborasi dengan komunitas lain, pihak bisnis, atau pihak pemerintah. Tetapi, sejauh ini mungkin tempat nongkrong lebih banyak dimanfaatkan oleh blogger.
Di Yogyakarta ada Jogja Digital Valley. Inkubator bisnis dari Telkom ini menyediakan segala fasilitas di atas tanah 800 m2 untuk perkembangan startup. Diharapkan dengan adanya JDV ini, nantinya dilahirkan developer-developer digital serta startup yang hebat. Swasembada ICT, demikian yang tujuan jangka panjang adanya JDV ini.
Sebanarnya, kafe LDR dimana tempat saya biasa nongkrong (dan membuat tulisan ini) pada awalnya diniatkan untuk bisa menjadi coworking space. Ya karena ada kendala satu dan lain hal, termasuk dua dari tiga cofounder-nya kini menjadi staf pengajar/dosen, maka sejauh ini masih sebatas menjadi tempat nongkrong dan belum bisa menjadi coworking space.
Value atau hasil dari "nongkrong" adalah satu syarat bahwa tempat itu bisa disebut sebagai coworking space. Sama halnya jika kita kerja di kantor, kita dituntut untuk menghasilkan sesuatu atau benefit yang menguntungkan perusahaan. Dibanding dengan tempat nongkrong, sama-sama duduk tetapi, ada yang lain ketika duduk di sini, yaitu adanya value yang dihasilkan. :)